Minggu, 15 Mei 2011

New Building New Burden

gambar google: SCFD
Hari Minggu pagi 23 April 2011 Solo disiram gerimis.
Sampai pukul 5 pagi cuaca mendung masih menyelimut. Sepeda yang sedari tadi saya siapkan seperti risau menunggu cuaca membaik. SMS dari teman-teman yang menyatakan absen hari itu membuat semangat menggowes menurun. Tidak terasa jarum jam terus bergerak. Secangkir kopi dan dua harian pagi sudah ludes terbaca. Pukul 7 saya putuskan menggowes sendiri. Cuaca berubah terang. Karena sudah kadung siang saya putuskan nggowes seputar kota saja. Kebetulan sudah lama sekali tidak menikmati Slamet Riyadi dengan Solo Car Free Day-nya.
Hampir setahun sejak diluncurkan Walikota Jokowi pada 30 Mei 2010, SCFD makin bergairah. Rute Solo Car Free Day di Jl Slamet Riyadi dari Purwosari hingga Bundaran Gladak tertutup untuk semua kendaraan bermotor. Kota Solo memiliki kawasan bebas kendaraan bermotor yang makin diminati warga. Meski hanya empat jam setiap hari Minggu. Sesuai rencana awal, kawasan bertajuk Solo Car Free Day (SCFD) yang dipilih pemkot adalah dua kawasan yakni sepanjang Jalan Slamet Riyadi, tepatnya dari Bundaran Purwosari hingga Budaran Gladag. Serta satu kawasan lainnya adalah Jalan Diponegoro (simpang empat Pasar Pon-Simpang Tiga Mangkunegaran). Konon CFD Solo adalah CFD terpanjang di Jawa Tengah dan Indonesia.
Rasanya baru kemarin Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo yang lebih akrab dipanggil Pak Rudy disebuah harian lokal mengatakan, penerapan car free day merupakan upaya Pemkot menekan tingkat polusi udara yang ditimbulkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal tersebut dilatarbelakangi kewajiban menurunkan emisi 6 persen sampai dengan 2014 mendatang. Dan peranan Dinas Perhubungan (Dishub) harus aktif lantaran transportasi memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara.
Saya menggowes dengan rute terbalik dari Gladak menuju Purwosari. Ribuan warga tumpah riuh dengan berbagai aktivitasnya masing-masing. SCFD telah menjadi ajang aktualisasi diri. Tak kurang ada 3 group band anak SMA tampil. Ada juga Solo Drummer Community. Ada juga yang asyik menikmati turun tali di jembatan penyeberangan. Hewan kesayangan juga ikut menikmati. Ada anjing berbagai ras, bahkan ular juga ada. Tak terbilang jumlahnya meja pingpong, meja pingpong mini. Basket, Volley, Sepakbola. Berbagai pertunjukan seni beladiri. Sepeda dari yang roda tiga, sepeda tandem, fixie yang lagi ngetrend hingga onthel. Bahkan seperti ada yang istimewa di hari Minggu kemarin. Ada Kereta Kencana. Beribu orang sehat dan ingin sehat menikmati keceriaan. Yang sibuk melukis, pantomin dan berbagai kreasi seni. Rasanya sebagian aktivitas keseharian Wong Solo terwakili di SCFD.
Tidak terasa sejam sudah menikmati SCFD. Melihat antusiasme masyarakat menjadi optimis bahwa Solo akan menjadi percontohan penataan transportasi. Artinya dengan kegandrungan masyarakat Solo berolahraga barangkali memudahkan bagi program-program Pemerintah untuk menata transportasi. Misalnya dengan membagi ruas jalan khusus pengendara sepeda. Memodifikasi bus angkutan umum dengan menyisakan space untuk pembawa sepeda lipat. Membangun sarana MCK yang bersih yang khusus diperuntukan pengguna sepeda, sehingga bisa mandi dan membersihkan diri sembari pergi ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda. Dengan menggalakkan program-program bike to work, mungkin dapat membantu program menurunkan emisi. Tapi lebih dari semua itu akan menciptakan masyarakat yang lebih bersih dan sehat dan hemat. 
(kompasiana/didieyusat)

0 komentar:

Posting Komentar

Pintar pajak dengan blog, share pajak di sini aja ya www.humaspajak.co.cc