Rabu, 08 Juni 2011

Sentra Industri Batik di Soloraya

Industri batik makin menunjukkan tren yang positif.
Pasar yang kian menembus lintas benua diyakini menjadi katalisator bagi wilayah-wilayah yang selama ini dikenal sebagai senta batik. Misalnya, Batik Laweyan dan Lumbung Batik Laweyan Kawasan sentra industri batik ini sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546 M. Di Kampung Batik Laweyan dapat ditemukan beberapa motif batik, jarik dengan motif TirtoTejo dan Truntum jadi cirri khas Batik Laweyan. Kampung batik Laweyan juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memberikan pendidikan dan pelatihan untuk belajar membatik tanpa batasan jumlah orang yang belajar. Dalam memperluas jaringan penjualan batik di Solo, dibentuklah suatu wadah promosi dan penjualan batik, salah satunya Lumbung Batik Laweyan, yang beralamat di Jl. Agus Salim 17, Sondakan, Laweyan Surakarta,yang mana terdapat 280 anggota perajin batik dan memiliki 43 gerai. Batik Kauman Kampung Kauman yang terletak di pusat kota Solo mempunyai kaitan erat dengan sejarah berdirinya kerajaan Kasunanan. Masyarakat kaum (abdidalem) mendapatkan latihan secara khusus dari kasunanan untuk membuat batik baik berupa jarik/selendang dan sebagainya. Berdasarkan bekal keahlian yang diberikan tersebut masyarakat kauman dapat menghasilkan karya batik yang langsung berhubungan dengan motif-motif batik yang sering dipakai oleh keluarga kraton. Dalam perkembangannya, seni batik yang ada di kampung kauman dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu batik klasik motif pakem (batik tulis), batik murni cap dan model kombinasi antara tulis dan cap. Kampung yang memiliki 20-30 an home industry ini menjadi langganan para pembeli yang sudah turun temurun dan wisatawan mancanegara. Pusat Grosir Solo (PGS) Pusat Grosir Solo (PGS) merupakan pusat sandang terbesar dan terlengkap di Kota Solo dan Jawa Tengah. PGS terletak di Jl. Mayor Sunaryo yang strategis, karena berdekatan dengan Keraton Surakarta, dan Balai Kota, menjadikan PGS kawasan utama bagi wisatawan untuk membeli aneka sandang asli Solo. PGS mempunyai 4 lantai dan kios hampir 1200, lengkap menjual sesuatu yang khas dari Solo. PasarKlewer Pasar Klewer berdiri sejak jaman penjajahan Jepang. Pasar ini hadir lantaran adanya kesulitan bagi warga untuk menjual pakaian dan kain mereka. Sekitar tahun 1957-1958 pasar Klewer diperluas. Pada tahun1969 kondisi pasar sudah tidak memenuhi persyaratan ekonomis, kesehatan, dan perkembangan kemajuan pembangunan. Pemerintah kemudian merenovasi pasar hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang ini. Luas pasar Klewer barat kurang lebih 135 X 65 meter, yang terdiri dari dua lantai ditambah dengan pasar Klewer timur kurang lebih seluas 85 X 65 m. Terdapat 2064 toko/kios/los yang dihuni oleh kurang lebih 1755 pedagang (resmi). Pasar Klewar letaknya bersebelahan Keraton Surakarta ini merupakan pusat perbelanjaan kain batik terlengkap, sehingga menjadi tempat rujukan kulakan para pedagang, di berbagai kota di Indoensia. Selain terkenal harganya yang lebih murah, juga terlengkap dari sisi jenis dan motifnya. Dari motif batik tulis Solo, batik cap (print), dan motif-motif batik lainnya. Ada juga jenis batik Surakarta, seperti batik asli Surakarta, batik antik kraton Surakarta, daster batik, batik putri solo dan masih banyak lagi jenis-jenis lainnya. Batik Kliwonan Kabupaten Sragen Kabupaten Sragen terdapat dua sub sentra batik, yakni Kecamatan Plupuh dan Masaran. Dua sub sentra tersebut memiliki beberapa desa penghasil batik. Di dua sub sentra batik tersebut terdapat 4.817 perajin batik dengan menyerap sekurangnya 7.072 tenaga kerja. Motif batik Sragen lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Guratan motif batik Sragen dewasa ini cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas ketimbang corak Yogyakarta dan Surakarta. Perajin di Sragen umumnya memproduksi batik dengan teknik tulis, cap, printing, dan kombinasinya. Namun, sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma. Kapasitas produksi batik yang dihasilkan perajin meliputi produksi batik jenis katun yang dihasilkan mampu menembus angka 50.000 potong, sementara batik jenis sutera dari alat tenun bukan mesin mencapai 365.000 potong. Tak mengherankan apabila Pemerintah Kabupaten Sragen lalu menetapkan sentra batik ini sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan. Desa Kliwonan sekaligus diditetapkan menjadi pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik.
Majalah pajakita edisi juni

0 komentar:

Posting Komentar

Pintar pajak dengan blog, share pajak di sini aja ya www.humaspajak.co.cc