gambar google |
Ngetopnya Briptu Normal hampir-hampir menenggelamkan isue-isue penting yang lain. Tapi jauh sebelum itu, bahkan hingga kini tentu kita sering menjumpai tulisan-tulisan lucu di belakang bak truk. Dari yang klasik seperti “hidup diatas roda”, “ kunanti jandamu” , “an 3 dis”, “mama….papa pulang” dan masih banyak lagi. Kita menjadi tersenyum geli. Sebuah pesan yang sederhana, tapi sebenarnya mempunyai makna. Mewakili gejolak jiwa si pembawa truk. Dengan lukisan-lukisan yang ekspresif menjadikan pesan bagi yang melihatnya terekam dengan baik. Kadang pesannya sangat aneh dan sederhana seperti “ayu adhine…..”. Mungkin sang Sopir truk punya pengalaman naksir seorang gadis. Dan ketika ketemu adiknya, ternyata lebih cantik. Sederhana, lucu dan menggelikan. Menghibur kita di jalanan ketika kita jenuh akan kemacetan dan jarak jauh yang harus ditempuh.
Ketika sedang istirahat, usai makan siang tiba-tiba saya mendapatkan kiriman gambar. Konon, temanku juga mendapatkannya dari temannya. Tak apalah…. Yang pasti membuat saya tergerak untuk menulisnya. Sekalian mohon ijin untuk dijadikan ilustrasi tulisan ini.
Pesan yang disampaikannya sangat terang benderang, penuh keluguan serta jujur. Itulah bentuk ekspresi bagaimana golongan rakyat jelata menyikapi kondisi pemerintahan Indonesia saat ini. Memang sebagian rakyat berpikir sederhana saja. Bagi kebanyakan rakyat sandang pangan murah sudahlah cukup. Syukur-syukur biaya sekolah untuk anaknya terjangkau hingga level SMA. Tak perlu berliku berbicara muluk-muluk yang sebenarnya rakyat tak membutuhkannya. Kondisi kesejahteraan yang nyata jauh lebih bermakna dari berjuta retorika.
Sekalipun sebagian dari kita menghujat Soeharto, namun sebagian lagi merindukannya. Menjadi rindu karena kemudian membandingkan kondisi dahulu dan sekarang. Saya tak hendak berbicara politik disini apalagi mengadili. Ekspresi dari kalangan rakyat yang sederhana seperti ini, mestinya bisa menjadi pesan moral untuk para elite negeri ini.
Mahalnya harga BBM, beras dan kebutuhan pokok adalah isue-isue yang tak boleh dianggap remeh. Belum lagi sebagian besar dari wakil rakyat kita yang sama sekali tidak peka dengan kondisi yang ada. Ditengah himpitan kehidupan yang begitu sulit, para elit justru sibuk membangun gedung baru. Perasaan menyakiti hati sebagian besar rakyat ini sepertinya menjadi hal yang biasa. Sepertinya memang rakyat tak lagi penting diminta pendapatnya.
Tapi biarlah saja, selagi kita masih bisa berekspresi sebenarnya kita dalam kondisi jiwa yang sehat. Silahkan para penguasa berdebat, politisi berjibaku berjuang untuk kelompoknya. Kita rakyat cukup bertepuk tangan menyaksikannya. Sambil berekspresi menghibur diri……
(kompasiana/didieyusat)
0 komentar:
Posting Komentar