Selasa, 12 April 2011

Hidup adalah berpacu dengan waktu


Pernah aku melihat  seseorang yang  begitu putus asa dalam menghadapi hidup. Bahkan dia tidak mau lagi mempunyai cita-cita atau tujuan hidup karena dia tidak tahu untuk apa hidup itu sebenarnya.

Ketika semua hal sudah didapatkan, dari karir, keluarga yang lengkap, harta, prestise, isteri yang cantik, suami yang tampan, semua sudah ada dalam tangannya. Tetapi kemudian dia merasa bosan, bingung untuk apa selanjutnya hidup ini.

Perasaan hampa dan kosong begitu sering mengganggu malam-malamnya. Ada sesuatu yang tidak bisa dilihat tetapi begitu mengganggu. Rasa resah dan membutuhkan sesuatu, ada yang terasa kurang, tetapi apa? 

Hidup yang kita jalani selama ini mungkin belum memberikan makna yang berarti pada jiwa kita, kadang kita merasa kecewa walaupun banyak yang kita inginkan sudah terwujud.

Kita tidak tahu apa tujuan hidup kita sebenarnya, mengapa kita bekerja, dan untuk siapa kita bekerja? Jika tujuan kita bekerja hanya untuk mendapatkan uang, kita akan kecewa karena uang yang kita terima tidak sesuai yang kita inginkan, ketika kita kuliah hanya  untuk mendapatkan nilai yang bagus, kita akan kecewa jika kita mendapatkan nilai yang jelek.

Ketika kita bekerja dengan tujuan untuk menyenangkan isteri atau anak, kita akan kecewa kalau anak dan istri bersikap tidak seperti yang kita inginkan. Bahkan ketika kita beribadah karena hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain atau untuk mendapatkan imbalan maka kita akan kecewa kalau orang lain tidak memberikan pujian ataupun imbalan kepada kita.  

Tujuan hidup yang sebenarnya adalah bukan untuk sekedar mendapatkan uang, atau nilai yang bagus atau untuk menyenangkan anak isteri atau suami. Karena ketika kita sudah mendapatkan semuanya dan merasa tidak ada lagi yang dicari, maka kehampaan itu akan datang dan sungguh sulit untuk memenuhinya.

Pertanyaan demi pertanyaan selalu ada dibenak, ketika kita  mencari dan mencari terus jawabannya, apa sebetulnya yang harus dikejar dalam hidup ini, agar sebuah ruang hampa didalam hati bisa terisi. Jawaban ini baru kutemukan akhir-akhir ini. Sungguh luar biasa, aku menemukan sesuatu yang tidak pernah kutemukan sebelumnya.

Ketika kaki ini bersimpuh dihadapan Allah saat menyadari terlalu banyak kesalahan yang sudah aku lakukan selama ini, bahkan kemarin-kemarin aku kadang tidak merasa bersalah atas apa yang aku lakukan, aku sadar sudah cukup lama aku hidup dalam ketidak tahuan.
Allah berfirman bahwa kesalahan ataupun kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan, yang katanya  sebiji sawipun akan mendapatkan balasannya. Allah Maha Adil, kesalahan yang nampak ataupun tidak nampak di mata manusia, Allah Yang Maha Mengetahui pasti akan tahu.

Berdasar dari hal tersebut, hatiku seperti dipaksa untuk melihat betapa banyak kesalahan yang telah aku lakukan. Belenggu diri yang sering menghantui hidupku, kesombongan dan sifat takaburku telah menjadikan hambatan untuk mendapatkan makna hidup sesungguhnya.

Bukankah tujuan hidup sebenarnya adalah mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi di akherat nanti? Bukan untuk uang, untuk anak, untuk isteri atau untuk prestise?

Subhanallah.... sungguh sesuatu yang kadang tidak kita sadari mengenai kematian yang akan mengantarkan kita kepada kehidupan abadi itu sendiri. Kematian itu pasti datang, sahabat, bahwa tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mengalami mati.

Mungkin kamu tidak menyadari bahwa malaikat maut setiap dua kali sehari mengitari rumahmu, dia mencari-cari siapakah yang akan dicabut nyawanya hari itu, dia mencari-cari siapakah orang yang sudah tidak akan mendapat rejeki lagi, dan ketika dia melihat orang tertawa-tawa dia heran, bukankah orang-orang itu belum mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah.

Bukankah amalan-amalannya belum cukup untuk membuat dia tenang, dan kehidupan di akherat nanti belum tahu akan masuk kemana, syurga atau neraka?

Hidup kita ini berpacu dengan waktu, bisa jadi setahun lagi  kita sudah meninggal, atau sebulan lagi, seminggu lagi, atau bahkan besok pagi kita sudah tidak bangun lagi, bukankah itu rahasia yang kita sama sekali tidak tahu.

Perbuatan apakah yang sedang kita lakukan ketika malaikat maut mencabut nyawa kita, apakah saat itu kita sedang memberikan infaq atau sedekah kepada seorang anak yatim, atau apakah saat itu kita sedang berdzikir memuji Dia? Atau bahkan mungkinkah saat itu kita sedang asyik melakukan perbuatan yang tidak terpuji?

Astaghfirullah, setiap detik sangat berharga bagi kita, berbuatlah sesuatu yang disukai Allah terus menerus, baik dalam tidur, dalam bekerja, dalam berjalan, dalam lelap maupun terjaga.... karena ketika Allah menghendaki kita kembali, tidak ada waktu sedetikpun untuk mengelak.

Dia memutuskan semua rejeki kita dan memisahkan kita dari kehidupan dunia kecuali tiga hal, amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.

Bersiaplah, dan tunggulah semua itu dengan perbuatan yang disukai Allah....karena tidak ada yang bisa menjamin kita masuk syurga kecuali Rachmat Allah semata, maka berlomba-lombalah untuk mendapatkan RachmatNya, cintailah Dia, sayangilah Dia dan selalu mohon ampunlah kepadaNya karena  ketika Dia menghendaki kita kembali kita tidak punya waktu lagi untuk memohon ampun. Berdoalah agar kita disambut dengan salamNya di syurga ..... Amin.....

Wallahu’alam

(http://dhidaerna.multiply.com)

1 komentar:

time is money.....xixixixixixi

Posting Komentar

Pintar pajak dengan blog, share pajak di sini aja ya www.humaspajak.co.cc