Senin, 11 April 2011

Solo, Kota Paling Nyaman di Dunia!!

Waktu itu tahun 1982 jalan Yogyakarta-Solo tidak sepadat sekarang. Saya ingat betul bagaimana kakak mengajak saya naik mobil Holden Special buatan  Australia tahun 1966, untuk membeli onderdil di Solo. Saya duduk di bangku SMA, dan untuk kali pertama mengunjungi Solo. Selang 13 tahun sesudahnya saya baru menginjakkan kaki lagi di Solo. Kantor tempat saya bekerja di Jakarta menugaskan saya di kota ini. Saya mendapatkan tempat kost di Jl. MT. Haryono No.76. Rumah dengan arsitektur art deco terasa nyaman. Dengan kamar ukuran 4 X 5 meter cukup leluasa untuk menata barang-barang bawaan yang tidak terlalu banyak. Hanya beberapa potong pakaian dan mesin ketik manual.
Fasilitas cukup memadai, pemilik kost juga menyediakan cuci setrika. Sangat mewah saat itu, karena jasa laundry belum menjamur seperti sekarang. Telepon koin juga melengkapi kemewahan untuk jaman itu. Telefon selular sudah ada, tapi harganya masih setara dengan mobil Corolla DX second. Rumah tua yang nyaman ini lengkap dengan perabot piano kuno buatan Jerman serta kulkas merek Indesit made in Italy.
Karena urusan pekerjaan, pada paruh tahun 1995 terpaksa harus berbagi dengan tinggal di Yogyakarta. Kantor menugasi saya memegang dua wilayah. Sepekan di Yogyakarta, sepekan di Solo. Waktu demi waktu bergulir dengan cepat. Pekerjaan kantor yang menyita waktu dari pagi hingga malam.
Pada 1997 dengan sangat berat saya harus meninggalkan Solo. Kota yang diam-diam telah membuat saya jatuh tersungkur mencintai kota ini dengan sejuta sebab. Tinggal di kota-kota besar diluar Solo hanya membuat hari-hari berjalan sangat lambat.
Tiba-tiba kerusuhan Solo 1998 terjadi. Jantung berdetak kencang menampung amarah dan membuat hati berkeping-keping hancur. Saya sempatkan pulang, dan menangisi setiap sudut jalan yang saya lewati dengan berjalan kaki. Bangunan hancur, bangkai kendaraan berserakan hangus meninggalkan jejak kebiadaban. Belum lagi korban-korban nasfu binatang yang hanya membuat hati terkoyak remuk hingga tak kuasa mengungkapkan, bahkan untuk sekedar menulisnya disini.
Setelah bersabar, pada 2002 Tuhan mengabulkan saya kembali ke Solo. Lebih tepatnya “kami”. Karena selain saya sudah ada istri dan bayi mungil laki-laki anak pertama kebanggaan kami.
Mobil bekas yang berumur 19 tahun dengan kapasitas silinder 1000 cc, hasil jerih payah menabung lima tahun saya pacu dari Bandung menuju Solo. Teman-teman di Bandung melepas saya dengan berkaca-kaca, turut merasakan bagaimana suka citanya saya pada saat itu. Belakangan saya tahu ternyata ada yang khawatir saya tak pernah sampai di Solo dengan mobil setua itu hingga baru pergi tidur ketika yakin saya telah sampai tujuan. Jalan menanjak menurun berlobang dan berliku saya rasakan bagaikan jalan tol di China. Rasa bahagia yang bertumpuk-tumpuk seolah menambah tenaga mobil kecil berlipat dengan akselerasi mencengangkan.
Tepat jam dua pagi dini hari, cuaca benderang di Solo menyambutku dengan tebaran bintang. Istri, dan anakku tercinta dengan bangga menyambut kedatanganku. Sampai detik ini bahkan hingga kelak ketika saya menutup mata, rekaman senyum istri dan anakku tak akan pernah terhapuskan walau diterjang badai sekalipun. Senyuman penuh cinta, seterang matahari tropis yang terbit di ufuk timur.
Pasca kerusuhan yang dramatis pada 1998, Solo berusaha bangkit dari keterpurukan. Dari waktu ke waktu Solo bergeliat menuju kota yang moderen dengan tetap berusaha mempertahankan tradisi Jawa-nya. Tanpa bermaksud memuji pemerintahan kota Solo dibawah Walikota Jokowi, haruslah diakui bahwa Solo makin nyaman.
Jalan utama Slamet Riyadi dengan city walk-nya menjadi penanda yang kasat mata betapa seriusnya Solo ingin tampil cantik dan hangat. City walk juga berkembang kearah sentra kampung Batik Laweyan. Seni batik tradisional yang dulu banyak didominasi oleh para juragan batik sampai sekarang masih terus ditekuni masyarakat Laweyan, disamping Pasar Klewer yang demikian melegenda bahkan di kalangan turis manca negara sekalipun.
Beberapa event berskala internasional juga rajin digelar. Festival Keraton Sedunia. Menampilkan keagungan budaya kerajaan dari berbagai belahan dunia yang masih bertahan hingga kini. Solo International Performing Art (SIPA), Solo International Contemporary Ethnic Music Festival (SIEM). Event dua tahunan yang menitikberatkan capaian musik etnik musisi nasional maupun internasional. Kali pertama SIEM diselenggarakan tahun 2007 di Benteng Vastenburg Solo. Jejak sejarah yang masih ada hingga kini. Solo juga secara rutin menggelar ajang kegiatan yang unik. Kegiatan Solo Menari 24 Jam untuk memperingati Hari Tari Sedunia. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 2000 orang berasal dari penari profesional, mahasiswa, pelajar dan karyawan, atau pegawai pemerintahan. Solo Batik Carnival merupakan event tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Solo diikuti oleh anak-anak, remaja, karyawan, ibu-ibu rumah tangga dari lintas etnik dan usia. Semua kegiatan tersebut menorehkan nama kota ini di mata Internasional.
Selain wisata batik dan Keraton, Solo juga mempunyai banyak keunikan yang dibanggakan. Kereta Uap misalnya. Kereta wisata uap ini adalah satu-satunya yg berada di indonesia atau bahkan di dunia yang berjalan di rel di tengah kota, yaitu Sepur Kluthuk Jaladara. Bagi penggemar barang antik, Pasar Windujenar atau juga dikenal dengan nama Pasar Triwindu terkenal akan barang-barang pusaka dan antiknya. Beberapa benda seperti koleksi kain batik, uang dan koin kuno dan gramafon tua dari Eropa tersedia disini.
Penyuka kuliner sangat juga dimanjakan. Beberapa masakan khas Solo telah begitu dikenal. Sebutlah Tengkleng, Sate Buntel kambing, Gule Goreng, yakni gule jerohan kambing yang dikeringkan sampai betul-betul kering dengan cara memasaknya diatas wajan yang sangat panas diatas anglo, sehingga kriuk dan sangat renyah. Masih ada juga sate kikil kambing dan Gule Sumsum. Makanan khas Solo yang sudah sangat dikenal masyarakat luas adalah Nasi Liwet, Timlo Solo, hingga Pecel nDeso. Dan masih banyak sekali aneka masakan di Solo yang sangat sayang untuk dilewatkan, sebutlah Selad Solo, Bistik Lidah, Sop Manten.
Aneka jajanan juga sangat banyak ada disini. Srabi Notosuman sampai sekarang masih menjadi menu yang selalu hadir pada perjamuan besar. Tak mengherankan dari jaman Bung Karno, Pak Harto hingga Gus Dur dan Megawati, Srabi Notosuman menjadi makanan favorit keluarga Presiden RI. Hingga kini Srabi Notosuman juga masih menjadi penganan yang digemari kalangan Istana. Bahkan anak-anak ABG ibukota sering memesan penganan ini untuk oleh-oleh. Hingga ada yang menjuluki Srabi Notosuman dengan nama yang keren, The Flying Surabi. Karena penganan ini ditenteng para penumpang pesawat. Tentu masih terlalu banyak berbicara makanan di Solo ini. Roti Orion, Abon Varia, Intip, dan masih banyak lagi.
Tidaklah berlebihan, bila kota ini dijuluki kota ini yang tidak pernah tidur. Ketika kita kelaparan pada dini hari jam 2 pagi sekalipun, Gudeg Cakar Mertoyudan akan siap menemani. Konon kabarnya dari hasil menjual Gudeg Cakar Bu Kasno sang pemilik berhasil mengantarkan putranya menamatkan studi di Perancis. Menikmati kuliner di Solo terutama pada malam hari, di kebanyakan tempat kita dihibur pula dengan nyanyian Sinden langgam Jawa. Diiringi dengan siter, alat musik tradisional yang dipetik dengan mengeluarkan bunyi khas. Membawa kita pada suasana tenteram. Dentingan siter bagai mengajak sukma kita berkelana menembus relung batin yang pasrah.
Seperti kebanyakan kota-kota tua di Jawa, Pasar tradisional hingga kini masih eksis menggerakkan roda ekonomi rakyat. Di Solo ada Pasar Klithikan. Pasar ini diperuntukan bagi pedagang kakilima yang menjual berbagai barang bekas, seperti elektronik, pakaian, ponsel, sparepart kendaraan dan barang-barang lainnya. Pasar ini cukup unik karena disini barang-barang bekas dengan kreativitas para pedagang dapat dimanfaatkan kembali. Saya sempat kebingungan pada saat charger laptop tua saya tiba-tiba mati. Ketika saya tanyakan ke dealer resmi, charger harus dipesan dengan harga Rp. 375 ribu. Maka bergegas saya ke Pasar Klithikan Semanggi. Betapa bersyukurnya, karena charger bisa diperbaiki nyaris tanpa meninggalkan bekas bongkar hanya dipungut ongkos Rp. 5 ribu. Mengagumkan.
Pasar Gedhe Hardjonegoro yang terletak di jalan Urip Sumoharjo ini dibangun oleh Sinuhun Pakoe Boewono X pada tahun 1930 juga merupakan ikon Solo. Pasar ini diarsiteki orang Belanda bernama Thomas Karsten. Arsitektur Pasar Gedhe merupakan perpaduan antara gaya Eropa dengan gaya tradisional. Pada masa awal berdirinya, di pasar ini sudah diberlakukan sistem jual beli dan sewa terhadap toko dan tempat untuk berjualan. Sebuah sistem yang masih belum umum pada masa itu.
Gagasan-gagasan yang menghasilkan sejarah banyak dilahirkan di kota ini. Pers ternyata juga lahir di kota Solo. Oleh sebab itu Monumen Pers sebagai penanda berdiri dengan kokoh dengan arsitektur bangunan yang sangat khas. Solo juga menjadi saksi sejarah penyiaran Radio, dan sejarah olahraga tanah air.
Menilik latar belakang sejarah, bukankah tak berlebihan jika kini, dari kota tercinta ini kita bersama-sama membangkitkan lagi semangat perubahan untuk Ibu Pertiwi?. Seringkali hal-hal yang besar justru diawali hal-hal remeh. Dari warung-warung angkringan, HIK, yang bertebaran seperti kunang-kunang yang terbang selepas senja, rasanya tidah mustahil bila kita berharap bisa menularkan kehangatan, kesederhanaan dan kejernihan berpikir, semangat berbagai kepada kaum papa, serta keberpihakan pada rakyat ke pusat pemerintahan negeri ini.
Tinggal di kota Solo, adalah anugerah maha dahsyat dari Tuhan yang pantas disyukuri. Menikmati surup srengenge - terbenamnya matahari- sambil menikmati secangkir kopi. Pergi pulang kantor dengan bersepeda, adalah kenikmatan yang menggetarkan. Mudah-mudahan gagasan-gagasan besar untuk memajukan negeri ini akan terinspirasi dari kota ini. Kota yang begitu rupawan dengan balutan baju tradisional yang kental. Jangan ada lagi kerusuhan-kerusuhan dengan latar apapun. Kita hidup damai dalam keberagaman. Ingin rasanya saya teriakkan ke segenap penjuru jagad ini, bahwa Solo adalah kota paling nyaman di dunia!!! 
(kompasiana/didieyusat)

0 komentar:

Posting Komentar

Pintar pajak dengan blog, share pajak di sini aja ya www.humaspajak.co.cc